Senin, November 27, 2017

Sampah = Sarap (Ciliwung)

Share & Comment
By: Laraseastsia 


        Apa yang Kamu pikirkan tentang sarap? Ha...
Aku ingat cerita seorang teman Ku tentang daun yang bermetamorfosis menjadi plastik-plastik yang berisikan tetesan air, tidak terbayang bila daun kangkung yang kita makan itu adalah plastik hasil dari metamorphosis daun. Begitulah kenyataan yang harus dihadapi di-era sekarang, semua dapat bermetamofosis dengan cepat dan dapat menjadi apapun yang mereka suka termasuk orang-orang “sarap” ini. Ingin menyalahkan budaya? budaya siapa, budaya yang mana,budaya apa? Membuat pusing sendiri saja, Baiklah Aku akan menceritakan tentang sarap-sarap yang perna Aku lihat, di pikiran Ku hanyalah satu… Apa jadinya bila air hidup didalam sarap ini, Tuhan… Aku hampir menghela nafas yang cukup panjang tentang sarap ini.

Mengikuti komunitas yang peduli dengan air dan sampah adalah sebuah catatan baru dalam hidup Ku karena catatan yang harus dipikirkan dan mencari solusinya. Ciliwung… lebih detailnya adalah Sungai Ciliwung, beberapa orang yang peduli dengan sungai ini mereka bukanlah duyung yang butuh pertolongan karena habitatnya hancur. Aku melihat sendiri bagaimana sarap-sarap ini mulai merajalela disungai, membuat kerajaan-kerajaan kecil di dalam sungai, dan itu sangatlah mengerikan. Apakah kamu perna mendengar sampah masyarakat? Itulah dewa dari kerajaan-kerajaan sarap tersebut di sungai. Terkadang aku berpikir di depan kipas angin dalam ruangan kecil Ku bahwa, nikmat kesadaran itulah yang membuat alam kadang murka kepada isi alam itu sendiri, nikmat kesadaran tersebut tidak perna dipakai dengan manusia yang secara tidak langsung manusia yang hidup punya rasa “sadar”. Aku mlihat manusia–manusia ini, mecoba masuk dalam tatapan -tatapan mereka dan Aku alihkan lagi tatapan Ku ke sungai Ciliwung ini, Aku bisa merasakan teriakan air tersebut yang membuat dada Ku sesak dan hanya bisa Ku ceritakan dalam tulisan-tulisan Ku saja.

       Apa yang Kamu pikirkan tentang Sarap? Ha...
Aku ingat tentang cerita seorang teman baruku yang begitu semangat menceritakan keindahan sungai bila tidak ada kerajaan sarap di sungai, butuh kesadaran dan digerakkan dengan tubuh untuk berbuat tanpa pamrih apapun dan dari siapapun. Aku ingin tulisan Ku kali ini tidak mengandung advokasi apalagi provokasi, tetapi mengandung sebuah kesadaran dan imajinasi secara otomatis setelah membacanya. Bolehkah Aku berharap dalam tulisan Ku ini, walaupun berharap kepada manusia itu adalah kesakitan dalam keingkarannya, ya… Aku berharap jangan terlalu ringan tangan untuk membuang suatu yang penting (Sarap) sesuka kalian sehingga mencelakakan keselamatan manusia lainnya. “Hom.. Pimpa… Halayum Gambreng” dari Tuhan kembali ke Tuhan mari bermain, Aku yakin Tuhan juga tahu bagaimana tuhan memberikan ciptaanya berbentuk permainan dalam olah pikir manusia, agar manusia tidak larut menjadi manusia yang tidak acuh terhadapa permainan itu sendiri. Hayoklah sinomim dari kata sampah = sarap, jadikan mereka permainan yang berguna bagi Kita dan bukan untuk dibuang sembarang tempat setelah kalian tidak membutuhkannya lagi.


By: Laraseastsia 

----

Tags: , ,

Komunitas Peduli Ciliwung Bogor berdiri sejak Maret 2009. Komunitas yang menginginkan adanya rasa kepedulian terhadap keberlangsungan sungai Ciliwung di Kota Bogor. 

0 Komentar:

 

Artikel Populer

Tjiliwoeng on Facebook

Copyright © KOMUNITAS PEDULI CILIWUNG BOGOR | Designed by Templateism.com | Published by GooyaabiTemplates.com